
Nama Dr. Ir. Leta Rafael Levis, M.Rur.,Mnt, tentu tidak asing lagi dilingkungan Universitas Nusa Cendana (Undana), khususnya di Fakultas Pertanian. Dosen senior Faperta Undana ini merupakan sosok pekerja keras yang pantang menyerah dalam menggapai apa saja yang ia inginkan. Namanya tiba-tiba menjadi bahan perbincangan dibeberapa media cetak maupun online yang mempromosikan dirinya sebagai salah satu penulis buku referensi yang diakui beberapa negara dan beredar di beberapa universitas terkemuka di dunia.
Mengawali wawancaranya dengan media ini, Senin (29/6/2020) ia menuturkan bahwa tidak pernah menyangka satu saat kelak, Buku Komunikasi Penyuluhan Pedesaan, yang adalah buku pertamanya, menjadi salah rujukan penting dalam ilmu komunikasi terutama pengembangan komunikasi yang mengutamakan keterlibatan komunikan.
Buku tersebut sudah beredar di beberapa negara dan tersimpan di beberapa perpustakaan universitas terkenal di dunia, seperti Universitas Washington DC USA, Universitas British Colombia di Canada, Universitas Leiden di Belanda dan beberapa universitas lainnya (google search: Leta Rafael Levis-Wordrecord-lihat di perpustakaan).
Menurutnya, pada tahun 1988 sampai 1990 ia bekerja dengan Kelompok Penelitian Agroekosistem Universitas Nusa Cendana, suatu lembaga swasta bekerja sama dengan Australia dan Kanada. Waktu itu ia bekerja dengan dua orang konsultan asal Kanada Bruce Pet dan konsultan asal Australia Profesor John Janes.
“Kami bekerja bekeliling desa khususnya di Timor dan Sumba. Salah satu hal yang menarik adalah, kami selalu melakukan kegiatan lokakaria tentang pengembangan pembanguna pedesaan. Waktu itu kami sudah memilki suatu keyakinan bahwa bangsa Indonesia akan maju apabila pembangunan pedesaan berhasil. dalam pemikirannya, pembangunan pedesaan akan berhasil jika semua inovasi atau program yang diberikan kepada masyarakat desa mampu dikomunikasikan secara baik dan benar,” ungkap suami dari Patricia A.D. Wea, SE.
Alumnus SMAK Syuradikara Ende-Flores ini, juga dilibatkan dalam kegiatan pembangunan pedesaan yang diprogramkan pemerintah NTT, dan program yang terkenal waktu itu adalah Gerakan Membangun Desa (Gerbades) dari Gubernur Hendrikus Fernansdez. “Berdasarkan pengalaman sebagai anak dari desa, ditunjang oleh pendidikan di bidang pertanian serta pengalaman bekerja dengan konsultasi asing, ilmu dan wasasan saya tentang konsep pembangunan pedesaan berkembang dengan baik,” ujarnya.
Kemudian, tahun 1993, muculah konsep pemberdayaan masyarakat miskin dengan nama Inpres Desa Tertinggal. Saat itu, ia berpandangan, program IDT ini bagus. Akan tetapi jika pemerintah tidak hati-hati dalam mengkomunikasikan kepada masyarakat di desa maka akan menjadi sia-sia atau mubazir.
Melalui diskusi yang mendalam dan intensif dengan Profesor John Janes ia mendapatkan peluang untuk meramukan semua ilmu, pengalaman yang dapatkan dituangkan dalam suatu tulisan buku berjudul Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Untuk menguji kualitas isi dan cara penyajiannya, ia memberanikan diri mengirimkan buku tersebut ke penerbit nasional yakni PT. Citra Asitya Bandung. Diterbitkan pertama tahun 1996.
“Buku tersebut merupakan kristalisasi dan perpaduan konsep komunikasi penyuluhan dan aplikasi komunikasi penyuluhan terhadap beberapa program pembangunan masyarakat di daerah Timor,” paparnya.
Oleh karena banyak pengalaman empiris yang ditampilkan dalam buku ini maka pemerintah daerah waktu itu membeli sebanyak 1100 exemplar buku untuk diberikan kepada seluruh pendamping IDT di NTT, sehingga Gubernur Herman Musakabe memberikan kata sambutan khusus di dalam buku tersebut.
Dengan buku itu ,ucapnya,sebagai modal untuk dipermudah dirinya mendapatkan beasiswa dari World Bank melanjutkan pendidikan master di Muresk Institue of Agriculture-Curtin University of Technology di Perth Australia. Bulan Agustus 2020 lalu, buku tersebut diterbitkan dalam edisi online sebagai buku baru tahun 2020.
Rupanya, bukan hanya buku itu saja yang ia tulis. Levis juga seorang penulis produktif dan andal. Sampai tahun 2020, ayah empat anak ini telah menulis sembilan buah buku; diantaranya tahun 2013: Metode Penelitian Perilaku Petani (Ledalero Press dan PT Zam-Zam Jogyakarta). Tahun 2015 :Petunjuk Praktis Bagi Penyuluh di NTT Untuk Pelatihan Partisipatif Bagi Petani (Universitas Brawijaya Press).
Buku ini juga dibeli oleh Pemerintah Provinsi NTT sebanyak 2.300 exemplar untuk seluruh penyuluh pertanian di NTT serta diberi kata sambutan oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya. Tahun 2018 terbit lagi buku: Pertanian Konservasi Untuk Lahan Kering (Food and Agriculture Organization = FAO, tahun 2019: Pemberdayaan Masyarakat Petani di Lahan Kering (Universitas Brawijaya press) dan tahun 2020 : Komunikasi Penyuluhan Pedesaan (Edisi Revisi).
Selain buku, ada tiga jurnal internasional yang telah diterbitkan, serta sejumlah tulisan lainnya yang dipublikasi di beberapa media cetak antara lain Harian Umum Pos Kupang. Ia dikenal sebagai dosen, penulis dan pengamat pertanian. “Satu kebanggaan bagi saya, sebagai orang NTT, tulisan saya disimpan di perpustakaan universitas terkenal di dunia, dua buku diberi kata sambutan dua Gubernur NTT yakni Herman Musakabe dan Frans Lebu Raya. Hal ini menunjukkan, pemikiran saya telah dimanfaatkan para pendamping dan penyuluh di NTT untuk membangun para petani di daerah ini,” tuturnya.
Lulusan Muresk Institue of Agriculture-Curtin University of Technology di Perth Australia ini memang patut berbangga, lantaran tidak ada penulis lain di NTT yang bukunya diberi kata sambutan oleh dua gubenrnur NTT dan dibeli pemerintah daerah untuk dijadikan pegangan para penyuluh atau pendamping.
“Jadi satu buku ajar yang telah diterbitkan oleh Undana Press 2008, saat ini saya diminta oleh penerbit untuk merevisi buku komunikasi penyuluhan pedesaan untuk direvisi, yang sebelumnya enam bab, akan ditambah tiga bab sehingga menjadi delapan bab dan akan diterbitkan secara online, kontraknya sudah saya tandatangan tanggal 24 April 2020, sehingga sekitar Agustus 2020 akan diterbitkan secara global Inggris-Indonesia. Selain itu, buku pemberdayaan masyarakat petani di lahan kering (2019) yang diterbitkan oleh Unibraw Press juga telah direvisi tambah tiga bab, satu bab edisi didelete diganti dengan tiga bab baru sehingga menjadi delapan bab yang nanti dirubah menjadi ebook, kontraknya sudah saya tandatangan 25 Juni 2020, dan akan diterbitkan dalam dua bahasa yaitu Ingris dan Indonesia,” ungkapnya.
Diakhir percakapannya, ia mengatakan, dengan dosen menulis buku ajar dan buku referensi tidak hanya memberikan dampak pada kenaikan pangkat, ekonomi dan popularitas dosen, tetapi juga bermanfaat untuk peningkatan kualitas bahan referensi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Faperta Undana. (ds/UNDANA)