
Pergumulan dan penantian panjang masyarakat Desa Nekmese, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, NTT, soal air bersih selama bertahun-tahun, akhirnya terjawab sudah. Pasalnya, dosen Undana yang terlibat dalam Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) berhasil membangun sistem jaringan air bersih terintegrasi di Desa Nekmese. Tim peneliti yang diketuai Dr. Jakobis J. Messakh, S.Pd., M.Si bersama Dr. Rolland E. Fanggidae, MM berhasil membangun sistem jaringan air bersih terintegrasi di desa tersebut, setelah melakukan pendampingan dan pengabdian selama tiga tahun.
PPDM hasil kerjasama Kemendikbudristek, Undana dan Pemdes Nekmese tersebut, akhirnya diresmikan Rektor Undana, Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M. Si., Ph. D diwakili Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Undana, Dr. Umbu Lily Pekuwali, MH. Peresmian sistem jaringan air bersih terintegrasi tersebut dilakukan di Kantor Desa Nekmese, yang diawali dengan penyambutan secara adat kepada sejumlah rombongan dari Undana oleh Pemdes dan masyarakat Nekmese di halaman Kantor Desa Nekmese, Jumat (19/11/2021).
Hadir, Kepala LP2M Undana, Dr. Umbu Lily Pekuwali, MH, Dekan FKIP Undana, Dr. Malkisedek Taneo, M. Si, tim peneliti sistem jaringan air bersih Dr. Jakobis Messakh, M. Si dan Dr. Rolland J. Fanggidae, MM, Kepala Desa Nekmese, Krisma J. Baok beserta perangkat desa, perwakilan Bank NTT dan sejumlah tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan sejumlah masyarakat Desa Nekmese.
Ketua Tim Peneliti Dr. Jakobis Messakh, M. Si dalam sambutannya menyatakan, sistem jaringan air bersih yang berhasil dibangun di Desa Nekmese tersebut, sebelumnya telah dilakukan kajian penelitian pada Juni 2018 lalu. Penelitian tersebut terkait dengan kontinuitas debit air, sistem jaringan hingga keinginan untuk membayar (willingness to pay) oleh masyarakat setempat.
Dari kajian yang dilakukan, diantaranya, ia memperoleh informasi bahwa selama ini masyarakat harus mengambil air dari pemukiman ke sumber mata air dengan jarak 2 hingga 7 kilometer. Selain itu, jika masyarakat ingin membeli air di wilayah Kabupate Kupang yang lain, maka harus merogok kocek sekitar Rp. 150-300 ribu.
Namun, jika sistem jaringan air bersih itu beroperasi, maka masyarakat hanya membayar iuran sebesar Rp 50 ribu untuk menikmati air bersih. Pembiayaan tersebut diperuntukkan untuk biaya pemeliharaan, operasional dan aset, yang dikelola langsung oleh Bumdes Nekmese.
Ia bersama Dosen FEB Dr. Rolland E. Fanggidae, MM beserta Kepala Desa Nekmese kemudian mengajukan proposal ke Kemendikbud pada tahun 2019. “Ketika proposal diajukan awal tahun 2019, kemudian disetujui Kemendikbud. Pada tahun 2019, terdapat 6 PPDM, dan hingga akhir 2021 terdapat 3 PPDM,” ujarnya sembari bersyukur, karena mendapat PPDM yang ikut didanai Kemendikbud. Pasalnya, hal tersebut merupakan kerinduan masyarakat Desa Nekmese. “Saya sampaikan ke Kepala Desa Nekmese, kita berdoa, karena ini kerinduan kita semua dan kita memiliki hati yang tulus untuk mengabdi kepada masyarakat,” ujarnya.
Wakil Dekan II FKIP Undana itu pun memaparkan, penyediaan air bersih tersebut langsung terintegrasi dengan pertanian, perikanan maupun literasi masyarakat. “Sebab, selama ini masyarakat hanya membuang waktu untuk mengambil air di mata air. Tetapi saat ini, masyarakat bisa berpikir untuk berkebun, membuat kolam ikan dan lainnya. Dan, dengan adanya pojok literasi di sekitar tandon air yang disediakan, maka diharapkan tidak terjadi antrean ketika masyarakat mengambil air. Karena di pojok baca tersebut akan disediakan buku atau koran untuk dibaca,” paparnya.
Ia menambahkan, dalam sistem jaringan air bersih tersebut, sebanyak 23 tandon air ditempatkan di sejumlah titik di Desa Nekmese. “Dan, aliran air ke setiap tandon hanya menggunakan bantuan gravitasi. Sementara, sebanyak tiga pompa air disediakan di sumber mata air untuk menyuplai air ke atas, karena lokasi pemukiman ke sumber mata air sangat curam,” ujarnya. (UNDANA)