Unhas dan AIC Gelar Pertemuan Bahas Hasil Riset Para Peneliti di Sulawesi SelatanDesember 5, 20228:39 amUniversitas Hasanuddin bersama Australia-Indonesia Centre (AIC) dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan serta 10 universitas terkemuka Indonesia dan Australia melakukan pertemuan dalam rangka membahas hasil penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan untuk mendorong pengambilan kebijakan berbasis bukti melalui Program PAIR (Partnership for Australia-Indonesia Research/Kemitraan Riset Australia-Indonesia).
Program PAIR telah melaksanakan sejumlah riset terapan di Sulawesi Selatan sejak 2019 dalam bidang Transportasi, Logistik dan Rantai Pasok; Komoditas Rumput Laut, Kalangan Muda dan Pembangunan serta Kalangan Muda, Kesehatan dan Kesejahteraan. Pertemuan berlangsung mulai pukul 09.00 Wita di Ruang Rapat A dan B, Lantai 4 Gedung Rektorat Unhas, Kampus Tamalanrea, Makassar, Senin (05/12).
Hadir dalam kegiatan, Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Direktur AIC Eugene Sebastian dan para peneliti Indonesia dan Australia.Mengawali kegiatan, Rektor Unhas Prof. JJ menyampaikan ungkapan terima kasih atas kolaborasi yang berjalan baik dengan para peneliti Indonesia dan Australia dalam memberikan suatu solusi terhadap permasalahan masyarakat Sulsel dalam berbagai bidang melalui penelitian.
Dirinya mengatakan, secara umum kolaborasi penelitian melalui program PAIR bukan semata-mata media penelitian bagi para peneliti, akan tetapi menjadi ruang membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
“Kolaborasi ini sudah berjalan dua tahun lamanya, berbagai penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan permasalahan masyarakat. Kemitraan melalui program PAIR sangat bermanfaat, sehingga setelah pelaksanaan ini selesai akan dilanjutkan dengan PAIR Lab yang cakupannya lebih luas,” jelas Prof. JJ.
Setelah memberikan sambutan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan peneliti berkaitan dengan masing-masing bidang yang diteliti. Misalnya saja dalam hal kalangan muda dan pembangunan yang disampaikan oleh Prof. Wolfram Dressler. Dalam pemaparannya, Prof. Wolfram mengatakan perekonomian Sulsel sedang dalam masa transisi. Seperempat dari populasinya yang berjumlah hampir sembilan juta adalah kalangan muda, berusia antara 16 – 30 tahun, dengan banyak yang tinggal di daerah pedesaan.
“Wilayah ini sedang mengalami perubahan besar di bidang agraria di mana produktivitas pertanian menurun, pewarisan tanah ditantang, dan tanah pertanian diperoleh untuk perluasan perkotaan dan pembangunan infrastruktur. Perubahan ini mendorong generasi muda untuk mencari peluang kerja di tempat lain,” jelas Prof. Wolfram.
Lebih lanjut, Prof. Wolfrom mengatakan focus penelitian dilakukan di daerah Maros dengan jumlah penduduk hampir 390.000. Maros merupakan contoh area yang mengalami perubahan agraria yang relative cepat. Dari hasil penelitian yang dilakukan, Prof. Wolfrom merekomendasikan beberapa hal salah satunya dengan memperkuat kolaborasi, komunikasi, dan kepercayaan antara pemerintah, bisnis, dan industry melalui forum multisector.
Setelah seluruh peneliti memaparkan hasil penelitian dan rekomendasi kebijakan yang diperlukan, kemudian dialnjutkan dengan sesi diskusi untuk memperdalam hasil penelitian dan rekomendasi yang diberikan. Sleuruh rangkaian kegiatan berlangsung lancar hingga pukul 12.00 Wita. (mir/Supratman/UNHAS)