Jayapura, UMPapua — Universitas Muhammadiyah Papua (UM Papua) yang merupakan salah satu kampus swasta di Tanah Papua berkesempatan hadir dalam program dialog interaktif RRI (Radio Republik Indonesia) Jayapura dengan topik, “Peran UM Papua untuk Pembangunan Pendidikan di Tanah Papua”. Dalam kesempatan ini UM Papua menghadirkan 2 nara sumber yaitu Rektor UM Papua, Prof. Dr. H. R. Partino, M.Pd., dan Wakil Rektor II Bidang Keuangan, Dr. Ir. Muhammad Nurjaya M.Si. Acara berlangsung di studio Pro 1 RRI, Rabu (2/10/2022). Beberapa audiens turut meramaikan dengan pertanyaan dan masukan.
Dalam pembukaan dialog, Partino memberikan pandangan tentang perkembangan pendidikan di Tanah Papua. “Jika mau mengkaji pembangunan di Papua maka harus kembali ke pokok dasarnya. Pokok dasarnya adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). IPM di Papua baru mencapai 50,22%, dan nomor 34 dari 34 provinsi. Artinya Papua berada di paling bawah dan tertinggal dari provinsi lain. Salah satu penyumbang IPM di Papua adalah pendidikan, harapan hidup, dan pendapatan nasional. Di Papua, APM (Angka Partisipasi Murni) pendidikan tinggi hanya 44,41%. Indonesia rata-rata 61,51%. kalau APK (Angka Partisipasi Kasar) hanya 11,00%, ini juga sangat rendah”, tuturnya.
Nurjaya menambahkan, walaupun angka partisipasi hanya 44,41%, tapi ada kemajuan. “Banyak mahasiswa Papua yang keluar daerah dulunya dan membuat angka partisipasinya menurun. Tapi akhir-akhir ini mulai berubah. Perguruan tinggi di Papua hampir sama dengan di luar Papua sehingga peran itu sudah dimanfaatkan dengan baik dengan putra-putri Papua dan pendatang di Papua”, ucapnya.
Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan teknologi yang begitu maju sehingga pembukaan perguruan tinggi sekarang dipermudah. Jadi banyak perguruan tinggi yang dulunya dari sekolah tinggi dan akademi, sudah menjadi universitas sehingga menambah daya tampungnya, dan program studi yang bervariasi. Seperti pada UM Papua yang dulunya merupakan STIKOM (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Muhammadiyah). UM Papua sekarang memiliki 6 prodi yang dapat dikatakan mengikuti perkembangan saat ini. Saat masih menjadi STIKOM, jelasnya, mahasiswa hanya bersekitar 500-1000 orang. Tapi saat menjadi UM Papua sudah dapat mencapai 2000-an mahasiswa.
Partino menambahkan, dari segi kualitas perguruan tinggi swasta, terutama UM Papua juga dapat bersaing dengan perguruan tinggi negeri. UM Papua memiliki 7 dosen bergelar doktor dan dengan peningkatan SDM-nya, UM Papua mendorong tenaga pengajarnya untuk segera melanjutkan S3 baik di dalam negeri dan luar negeri dengan memberikan bantuan-bantuan untuk yang studi ke luar Papua dimana dosen S3 harus linear dengan S2-nya dan program studinya.
Dari segi kuantitas, imbuhnya, UM Papua sudah cukup, jumlah dosen dan mahasiswa sudah ideal. “Yang belum ideal adalah kualifikasi dosen. Ini merupakan tantangan bagi UM Papua untuk bersaing secara sehat dengan perguruan tinggi lainnya. karena SDM merupakan kunci dari kemajuan sebuah perguruan tinggi..
Pada dialog di pagi hari ini, Partino juga menyampaikan rencana “road show” ke kabupaten-kabupaten, menjumpai bupati dan DPRD, untuk meminta agar memberi perhatian atau meningkatkannya, kepada anak-anak yang di PTS, bukan hanya di UM Papua. Salah satunya terkait pembayaran SPP, agar mereka tak kesulitan. UM Papua sendiri termasuk Universitas yang memiliki SPP terjangkau kelas menengah ke bawah dan dapat diangsur (cicil) oleh mahasiswanya.
Saat ini UM Papua menerima 100 beasiswa untuk mahasiswanya dari pemerintah daerah dan juga bantuan beasiswa berupa KIP (Kartu Indonesia Pintar) dari pemerintah pusat. Namun masih ada mahasiswa yang belum mendapatkan bantuan seperti beasiswa, sehingga Partino meminta izin ke Penjabat Gubernur dan Kabupaten jika memungkinkan diidentifikasikan untuk diberikan lagi beasiswa pada mahasiswa yang membutuhkan.
Adapun program yang dilakukan UM Papua dalam pembangunan pendidikan di Tanah Papua adalah dengan membuka program studi yang masih langka. “Salah satu program studi UM Papua yaitu Ilmu Komunikasi. Program studi ini merupakan satu-satunya di Papua. Sekarang UM Papua juga membuka S2 Ilmu Komunikasi. Ada juga program studi Psikologi dan program studi Kewirausahaan, yang pertama kali ada di Jayapura”, terang Partino.
UM Papua memiliki program studi yang bukan hanya jika lulus nanti mereka mencari pekerjaan dan menjadi Pegawai Negeri Sipil. tapi juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Seperti di prodi Ilmu Komunikasi, nantinya dapat membuat saluran seperti podcast, menjadi wartawan lepas, atau freelancer, dan lain-lain. Atau prodi Psikologi yang dapat membuka prakteknya sendiri, pengasuhan, atau penitipan anak, dan juga program studi Kewirausahaan yang memiliki mata kuliah yang diarahkan diambil untuk program penerapan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, dinilai memiliki peluang besar kelak setelah lulus.
“Bersama dengan perkembangan tentunya ada tantangan dan hambatan yang dihadapi UM Papua. Salah satunya adalah mahasiswa-mahasiswa yang kesulitan dalam membayar SPP. Tapi walaupun mahasiswa mengalami kesulitan membayar SPP, UM Papua tetap memperhatikan dosen dan pegawainya dengan tetap membayar/menggajinya”, jelasnya lagi.
Terakhir, Partino menutup dengan menjelaskan prinsip yang dipegang UM Papua. “UM Papua memiliki semboyan, bahwa UM Papua datang untuk melayani masyarakat Papua. Kami datang bukan untuk dilayani. Kami mendidik anak-anak Papua supaya menjadi pemimpin Papua di masa depan. Jadi anak-anak Papua harus menjadi pemimpin di tanahnya sendiri dan negerinya sendiri. UM Papua akan membawa kedamaian untuk semua orang termasuk di Bumi Papua.”
Nurjaya menambahkan berkenaan dengan pilar Muhammadiyah. “Muhammadiyah datang dengan 3 pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan sosial. Terkait dengan pendidikan memang visi dan misi Muhammadiyah bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa tanpa memilih suku, ras, dan sebagainya. Itu intinya, Muhammadiyah membawakan pendidikan untuk seluruh anak bangsa,” pungkas Nurjaya menegaskan. (Asfiah, Muammar, Dewi/UMPAPUA)