Institut Seni Indonesia Denpasar menghadirkan pameran seni rupa internasional bertajuk ”Dharma-Tirta-Prana” dalam rangkaian Festival Internasional Bali Padma Bhuwana II. Dalam pameran itu, dihadirkan karya-karya seni dua dimensi maupun tiga dimensi serta produk fashion.
Lebih dari 60 karya seni berupa lukisan, keramik, patung, topeng, seni serat, fashion, sampai karya fotografi ditampilkan dalam pameran Bali Bhuwana Rupa 2022, yang dilangsungkan di Gedung Nata-Citta Art Space ISI Denpasar, mulai Kamis (8/12/2022) hingga Minggu (8/1/2023). Pameran seni rupa internasional tersebut, menurut Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan ”Kun” Adnyana, hadir sebagai bentuk apresiasi seni dengan gagasan segar dan karya baru.
Karya dari 42 seniman lintas bangsa, termasuk dari Perancis, Jepang, Yunani, Belanda, Australia, dan Indonesia, ditampilkan mengisi ruang Gedung Nata-Citta Art Space (N-CAS) ISI Denpasar, sekaligus memaknai purnapugar gedung kriya tersebut. Pameran dibuka oleh Direktur Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Lukman.
Adapun seniman yang terlibat, antara lain, Ketut Budiana, Nyoman Erawan, I Made Bendi Yudha, I Wayan Setem, Made Wiradana, Wayan Sujana ”Suklu”, Made Gunawan, Made Sumadiyasa, dan Wayan Karja serta I Wayan ”Kun” Adnyana melalui karya lukisan. Selain itu, terdapat karya keramik dari Ketut Muka Pendet, Rai Wahyudi, dan Ida Ayu Gede Artayani. Ditampilkan pula hasil cipta fashion dari Tjokorda Gde Abinanda Sukawati (Tjok Abi), Tjok Istri Ratna Cora Sudarsana, dan Dewa Ayu Putu Leliana Sari, serta Ni Kadek Yuni Diantari.
Selain itu, pematung Keiji Ujiie (Jepang) dan Filippos Bourbo (Yunani) juga menghadirkan karya bersifat simbolik-metaforik, begitu pula dengan I Made Jodog hadir melalui karya patung berjudul ”Sociality of Rats” dan I Made Suparta dengan karya patung berjudul ”Kekuatan Persatuan”.
Dihadirkan pula karya fotografi dari Ted van der Hulst (Belanda) dan I Komang Arba Wirawan. Terdapat juga karya woodcut print dari penggrafis asal Australia Paul Trinidad. Pameran dikuratori Wicaksono Adi bersama Warih Wisatsana dan Nyoman Dewi Pebryani.
”Lebih dari 60 karya seni berbagai rupa ditampilkan dalam pameran ini,” kata I Wayan Setem, koordinator pameran.
Capaian
Mengamati karya yang dipamerkan dalam ”Dharma-Tirta-Prana” terkesankan kegairahan para seniman dalam mengekspresikan perasaan dan pemikiran mereka. Pada karya pematung I Made Jodog berjudul ”Sociality of Rats” ditampilkan rupa tiga ekor tikus berukuran besar dengan beragam polah. Pematung menggunakan bahan media campuran, antara lain, tapioka dan tanah liat untuk menghasilkan karya seni rupanya itu.
Karya para perupa itu juga menunjukkan pencapaian kecakapan teknik, yang menyatu sebagai bagian proses penciptaannya. Sejumlah perupa yang karya mereka ditampilkan dalam pameran itu juga merupakan pengajar atau dosen seni di ISI Denpasar. Hal itu tecermin pada sejumlah karya keramik berjudul Terumbu Karang dari Ketut Muka Pendet atau karya fashion berjudul Misteri Tembang Samudra dari Tjok Abi.
Pengantar dari tim kurator pameran Warih Wisatsana menyebutkan, sejumlah perupa hadir dengan karya yang menunjukkan pencapaian mengesankan. Melalui karya-karyanya, menurut Warih, para perupa membuktikan kematangan dalam proses cipta yang telah teruji waktu. Seniman tidak tergoda menjadikan tema pameran sebagai sebentuk rupa.
”Tidak ada lagi halangan secara estetik stilistik dalam menanggapi tema,” ujar Warih dalam pengantar pameran.
Karya para perupa tidak pula dibatasi ukuran maupun dimensi. Terdapat lukisan berukuran besar, sampai 200 sentimeter x 300 sentimeter. Namun, terdapat juga karya rupa berukuran 40 cm x 30 cm, misalnya, pada lukisan berjudul ”Tantri Carita” karya I Wayan Adi Sucipta. Keiji Ujiie (Jepang) menghadirkan karya rupa patung yang mengisahkan mitologi simbolik yang imajinatif. Adapun perupa Ida Bagus Candra Yana menghadirkan empat seri Wayang Wong yang dicetak secara manual di atas daun awar-awar.
Para seniman menghadirkan otentisitas karya dengan sentuhan kreativitas yang tidak biasa. Karya fashion dari Tjok Abi, Tjok Istri Ratna, Leliana Sari, maupun Yuni Diantari menawarkan imajinasi yang melampaui kesan glamor, tetapi menegaskan keorisinalan karya. Kreativitas mampu melahirkan kemungkinan penciptaan yang unik dan otentik melalui beragam media dan rupa.
Visi seni
Pameran bertajuk “Dharma-Tirta-Prana” juga menjadi penanda penyelarasan visi baru ISI Denpasar periode 2020-2024, yaitu mewujudkan ISI Denpasar sebagai Pusat Unggulan Pemajuan Seni Budaya Berakar Kearifan Lokal, Berbasis Merdeka Belajar Kampus Merdeka, dan Berdaya Saing Global. ISI Denpasar juga menetapkan visi terciptanya sivitas akademika berjiwa Pancasila, tangguh, dinamis, kritis, kreatif, dan inovatif. Visi ISI Denpasar itu ditopang program aktualisasi strategis, yakni Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub (G-BACCH), untuk mewujudkan ISI Denpasar yang maju dan bermartabat.
Menurut Rektor ISI Denpasar Kun Adnyana, penyelenggaraan pameran menjadi bagian dari aktualisasi program strategis ISI Denpasar, yaitu Bali Bhuwana Rupa, selain penyelenggaraan diseminasi nasional melalui Bali Sangga Dwipantara. Pameran Bali Bhuwana Rupa dan konferensi internasional (Bali Bhuwana Waskita) adalah program strategis berskala internasional dari ISI Denpasar, yakni Bali Padma Bhuwana.
Pameran seni rupa internasional bertema ”Dharma-Tirta-Prana” memaknai semangat baru dan energi seni ISI Denpasar, yang ditampilkan di Gedung N-CAS ISI Denpasar. “Ruang galeri dibangun khusus dengan interior pamer yang representatif. Gedung dibangun dengan merevitalisasi gedung pameran lama,” ujar Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan ISI Denpasar Ketut Muka Pendet. (ISIDPS)