Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B., Sp.OT (K) adalah seorang dokter ahli bedah tulang Indonesia yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Kedokteran. Beliau dipercaya sebagai Rektor Unhas selama dua periode, yaitu 2006-2010 dan 2010 – 2014. Sosok lelaki kelahiran 31 Agustus 1950 ini dikenal memiliki dedikasi dan kontribusi terhadap berbagai aksi kemanusian.
Menjadi relawan merupakan panggilan hidup beliau yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis bedah tulang. Seperti saat gempa yang terjadi di Lombok, Prof. Idrus memipin 21 orang tim medis bagi para korban bencana. Setiba di lokasi, bersama tim bergerak cepat meninjau kesiapan ruang operasi dan berkoordinasi dengan pihak RSUD Provinsi NTB di Mataram, tempat bantuan medis dipusatkan.
Ketika gizi buruk melanda Agats di Asmat, Papua pada januari 2018, Prof. Idrus bersama Tim Unhas juga terlibat langsung melakukan pemeriksaan kesehatan. Begitupun saat tsunami di Aceh dan Nias pada 26 Desember 2004. Beliau tiba di lokasi bencana sebagai Koordinator Nasional Bantuan Medis Aceh, Sumatera Utara, dan Nias. Dalam waktu tiga bulan, berhasil memfungsikan kembali RS Zainoel Abidin, Banda Aceh, yang rusak akibat bencana.
Tidak hanya kepedulian terhadap bencana alam, Prof. Idrus juga tidak takut terlibat membantu dalam konflik kekerasan. Mulai dari konflik Poso, Ambon, dan Maluku Utara yang menimbulkan korban jiwa ribuan orang sepanjang 1999–2000. Begitu juga saat api berkobar di Timor Timur, beliau yang kala itu menjadi Ketua Tim Medis Penanggulangan Pengungsi setiap hari merawat, mengobati, dan mengoperasi para korban. Pengalaman di kancah konflik semakin membuatnya peduli terhadap misi kemanusiaan.
Prof. Idrus terus memimpin tim medis ke daerah-daerah. Menurutnya, dalam situasi bencana, tidak boleh menunda dan segala sumber daya yang ada harus dimaksimalkan. Banyak bukti nyata yang menunjukkan dedikasi beliau untuk kemanusiaan. Menjadi dokter yang sesungguhnya dan tidak segan terjun langsung ke tempat bencana atau tragedi menjadi relawan walaupun di usia yang tidak lagi muda. Usia muda hingga saat ini beliau tetap menolong dengan ikhlas. (mir/UNHAS)