Penemuan kerangka di situs pra sejarah Leang Paningnge Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulsel, saat ini menjadi perbincangan masyarakat akademik secara global. Penemuan ini telah mengubah interpretasi terhadap sejarah evolusi manusia. Berdasarkan hasil penelitian, kerangka tersebut merupakan sosok seorang perempuan berumur sekitar 20-an tahun dan memiliki DNA Denisovan, kerabat dari Ras Austromelanesoid. Temuan ini tidak terlepas dari semangat dan kerja keras tim peneliti Universitas Hasanudin yang dipimpin oleh Prof. Akin Duli, MA., guru besar Arkeolog Unhas, yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Banyak cerita menarik dari proses hingga temuan kerangka yang diperoleh tim Unhas.
Prof. Akin menjelaskan penelitian ini dimulai pada tahun 2015, melalui kerja sama awal bersama Universiti Sains Malaysia (USM). Tim peneliti melakukan survei dan penggalian pada lokasi yang ditentukan. Kala itu, Prof. Akin menuturkan, pemilihan lokasi galian dipilih berdasarkan laporan masyarakat yang didukung dengan posisi strategis berupa gua yang diapit sungai. Kondisi demikian biasanya menjadi tempat beraktivitas manusia purba.
“Ketika menentukan lokasi galian di gua tersebut, tim memberikan kepercayaan kepada saya untuk memilih titik penggalian. Saya kemudian menunjuk satu titik. Saya katakan ada kerangka di dalam tanah tersebut. Setelah menggali selama tiga hari, ternyata benar ditemukan kerangka manusia,” jelas Prof. Akin.
Berdasarkan identifikasi awal, Prof. Akin mengatakan kerangka manusia tersebut memperlihatkan ciri-ciri perempuan muda. Hal ini sesuai dengan analisis kerangka tengkorak, khususnya pada bagian gigi belakang. Penemuan kerangka tidak langsung diangkat dari galian, karena perlu proses adaptasi atau perlakuan khusus.
Pada saat akan dilanjutkan proses evakuasi kerangka, tim peneliti kekurangan peralatan dan pembiayaan. Sehingga, temuan tersebut kemudian ditutup kembali sesuai prosedur ilmiah yang lazim metode arkeologi.
Untuk mengetahui hasil analisis terhadap kerangka manusia tersebut, ada proses yang cukup panjang. Penelitian kembali dilakukan pada tahun 2017 dengan bantuan dana internal penelitian Unhas. Dana ini kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi peralatan yang digunakan untuk mengangkat kerangka dari dalam tanah.
Sebagai upaya pengembangan penelitian, Prof. Akin menjelaskan juga melibatkan peneliti-peneliti internasional dari Griffith University, Australia. Semakin banyak hal menarik diperoleh, sehingga berkembang untuk melakukan analisa DNA terhadap kerangka tersebut. Proses yang panjang dengan berbagai cerita menarik dilalui oleh Prof Akin beserta tim.
“Kami berterima kasih kepada Rektor Unhas yang terus memberikan dukungan dan bantuan dana. Juga sangat aktif bersama selama proses galian dilakukan dan membuka jalan untuk penelitian lanjutan dari kerangka manusia temuan kita itu,” tambah Prof. Akin
Penelitian tersebut kemudian termuat pada jurnal akademik paling prestisius, Nature, edisi 25 Agustus 2021. Dirinya dan sejumlah peneliti Unhas, termasuk Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, tercatat diantara 28 orang penulis artikel berjudul: Genome of middle Holocene hunter-gatherer from Wallacea.
Lebih lanjut, Prof. Akin mengatakan banyak pengalaman menarik yang beliau dan tim dapatkan, mulai dari proses penggalian hingga hal di luar nalar. Namun, beliau menyikapi secara bijak sebagai suatu tantangan tersendiri dalam bidang yang digeluti saat ini. Dirinya berharap, para peneliti lainnya bisa terus mengasah kemampuan diri dan terlibat dalam berbagai penelitian sebagai bagian dari kontribusi terhadap Indonesia.
Kerangka manusia purba ini memiliki makna yang luar biasa bagi ilmu pengetahuan, termasuk bagi upaya menjelaskan jati diri bangsa Indonesia. Temuan kerangka perempuan yang diberi nama “Besse” menunjukkan adanya keragaman bangsa Indonesia yang sangat kompleks.
Temuan ini merupakan bukti ketajaman naluri peneliti dan arkeologi dari Prof. Akin Duli. Pilihan untuk melakukan penggalian pada situs yang kemudian menemukan kerangka “Besse” adalah keputusan yang memadukan ilmu dan pengalaman, serta naluri peneliti. (*UNHAS/mir)
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR